Sebelum Kamu Mengeluh

Hari ini sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik, pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali.

Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu, pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa, pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta di jalanan.

Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk, pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk didalam hidupnya.

Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istri anda, pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup.

Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu, pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.

Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak mengerjakan tugasnya, pikirkan tentang orang-orang yang tinggal di jalanan.

Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir, pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan.

Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu, pikirkan tentang pengangguran, orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda.

Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa.

Dan ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan, tersenyum dan berterima kasihlah kepada Tuhan bahwa kamu masih hidup !

Sesuatu Tidak Selalu Kelihatan Sebagaimana Adanya

Dua orang malaikat berkunjung ke rumah sebuah keluarga kaya. Keluarga itu sangat kasar dan tidak mengijinkan kedua malaikat itu bermalam di ruang tamu yang ada di rumahnya. Malaikat tersebut ditempatkan pada sebuah kamar berukuran kecil yang ada di basement.

Ketika malaikat itu hendak tidur, malaikat yg lebih tua melihat bahwa dinding basement itu retak. Kemudian malaikat itu memperbaikinya sehingga retak pada dinding basement itu lenyap.

Ketika malaikat yg lebih muda bertanya mengapa ia melakukan hal itu, malaikat yg lebih tua menjawab,”Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya”.

Malam berikutnya, kedua malaikat itu beristirahat di rumah seorang petani dan istrinya yang miskin tetapi sangat ramah.

Setelah membagi sedikit makanan yang ia punyai, petani itu mempersilahkan kedua malaikat untuk tidur di atas tempat tidurnya.

Ketika matahari terbit keesokan harinya,malaikat menemukan bahwa petani itu dan istrinya sedang menangis sedih karena sapi mereka yang merupakan sumber pendapatan satu-satunya bagi mereka terbaring mati. Malaikat yg lebih muda merasa geram.

Ia bertanya kepada malaikat yg lebih tua, “Mengapa kau membiarkan hal ini terjadi? Keluarga yg pertama memiliki segalanya, tapi engkau menolong menambalkan dindingnya yg retak. Keluarga ini hanya memiliki sedikit tetapi walaupun demikian mereka bersedia membaginya dengan kita. Mengapa engkau membiarkan sapinya mati ?”
Malaikat yg lebih tua menjawab, “Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya.”

“Ketika kita bermalam di basement, aku melihat ada emas tersimpan di lubang dalam dinding itu. Karena pemilik rumah sangat tamak dan tidak bersedia membagi hartanya, aku menutup dinding itu agar ia tidak menemukan emas itu.”

“Tadi malam ketika kita tidur di ranjang petani ini, malaikat maut datang untuk mengambil nyawa istrinya. Aku memberikan sapinya agar malaikat maut tidak jadi mengambil istrinya.”
“Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya.”

Kadang-kadang itulah yang kita rasakan ketika kita berpikir bahwa sesuatu tidak seharusnya terjadi.

Jika kita punya iman,kita hanya perlu percaya sepenuhnya bahwa semua hal yang terjadi adalah demi kebaikan kita. Kita mungkin tidak menyadari hal itu sampai saatnya tiba.

Kisah Sukses : HONDA

Pernakah Anda tahu, sang pendiri "kerajaan" Honda - Soichiro Honda – sebelum sukses diraihnya ia banyak mengalami kegagalan? Ia juga tidak menyandang gelar insinyur, lebih-lebih Profesor seperti halnya B.J. Habibie, mantan Presiden RI. Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru. "Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya disekitar mesin, motor dan sepeda," tutur tokoh ini, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibat mengindap lever.

Adalah Soichiro Honda, lahir di desa Komyo, Shizuoka, Jepang pada 17 November 1906 dari pasangan Gihei Honda, seorang tukang besi, dan istrinya Mika. Soichiro Honda lahir sebagai anak sulung dari sembilan saudara. Tinggal di keluarga sederhana yang tidak memiliki kisah sukses, bertempat tinggal di daerah terpencil yang minim sarana dan obat-obatan membuat kehidupannya tidak mudah. Tapi ia memiliki mimpi yang sangat tinggi.

Sejak kecil, Soichiro Honda telah menunjukkan kecintaannya pada mesin dan otomotif. Sebelum masuk sekolah, Honda kecil telah membantu ayahnya mereparasi alat-alat pertanian di bengkel ayahnya. Ia juga bisa berdiri berjam-jam hanya untuk mengamati cara kerja mesin penggiling padi.

Di masa sekolahnya, Honda tidak memiliki kisah sukses dalam bidang akademik. Nilai-nilai ulangannya jelek. Ia juga sering membolos. Namun sebenarnya ia memiliki bakat di kelas sains yang mempelajari tentang mesin. Dengan mudah, ia dapat menangkap penjelasan gurunya.

Keika berusia 8 tahun, Honda nekat bersepeda sejauh 10 mil hanya untuk melihat pesawat terbang. Dan ia begitu senang ketika melihat ada mobil yang melintas di desanya. Pada usia 12 tahun, Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda dengan model rem kaki.

Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke Tokyo untuk mencari kerja. Ia diterima di Hart Sokay Company, pada awalnya hanya bekerja sebagai cleaning service merangkap pengasuh bayi bos nya. Hingga akhirnya sang pemilik menemukan bakat Honda dalam bidang mesin.

Ia sungguh cekatan dan jenius dalam masalah mesin sehingga bosnya senang dengan nya. 6 tahun ia bekerja di perusahaan itu. Pada umur 21 tahun, bosnya berkeinginan membuka cabang di Hamamatsu, dan Honda pun dipilih untuk memimpin kantor cabang itu.

Di kantor cabang ini prestasinya membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak bengkel-bengkel lain. Hasil kerjanya pun cepat dan tepat. Honda tidak segan-segan bekerja sampai larut malam, tanpa mengurangi kreativitasnya.

Salah satu buah kreativitasnya adalah penemuan velg dengan jari-jari logam ketika ia berusia 30 tahun. Pada zaman itu, mobil-mobil masih menggunakan velg dengan jari-jari kayu. Jari-jari kayu ini, selain tidak bagus dalam meredam getaran, juga mudah terbakar. Penemuan Honda ini menjadi hak patennya yang pertama sekaligus kisah sukses nya yang pertama.

Penemuan ini membuat Honda ingin membangun usaha sendiri. Ia keluar dari perusahaan tempatnya bekerja pada tahun 1938 dan memutuskan membangun usaha pembuatan ring piston. Sayang ring piston buatannya ditolak Toyota karena kualitasnya dianggap tidak memenuhi syarat.

Kisah sukses Honda pun berganti dengan kegagalan. Kegagalan ini membuat ia jatuh sakit. Teman-temannya menyesalkan pengunduran dirinya dari perusahaan tempatnya bekerja dulu. Namun bukan Honda namanya kalau tenggelam dalam kegagalan. 2 bulan kemudian, ia bangkit kembali dengan bermodalkan mimpinya.

Untuk menemukan solusi dari ring piston, Honda kuliah lagi. Tiap pulang kuliah, Honda segera ke bengkelnya untuk mempraktekan pengetahuan yang baru diperoleh. Tidak jarang Honda mengkritik rektornya karena dianggap terlalu bertele-tele, menitik beratkan teori daripada praktek. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah.

Akhirnya kerja kerasnya mulai menorehkan kisah sukses. Ring Piston ciptaannya diterima Toyota, yang langsung memberikan kontrak. Ketika mimpinya hampir menjadi kenyataan, niatnya membangun pabrik terpaksa diurungkan. Pemerintah Jepang yang siap perang, tidak memberikan dana kepada industri-industri. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah datang. Setelah perang dunia II meletus, pabriknya sempat terbakar dua kali.

Namun, Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Sekali lagi pabriknya hancur oleh gempa bumi. Akhirnya Honda menjual pabrik ring pistonnya ke Toyota. Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal.

Pada tahun 1947,seusai perang dunia II, Jepang mengalami kondisi ekonomi yang sangat memprihatinkan. Sampai-sampai Honda tidak dapat menjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya.

Dalam keadaan terdesak, Honda tidak kehabisan ide cemerlang. Idenya memasang mesin pada sepeda dengan memanfaatkan mesin-mesin bekas perang, yang menjadi cikal bakal sepeda motor zaman sekarang. Ciptaanya ini mendapatkan respon yang baik dari masyarakat sekitar. 24 September 1948, berdirilah Honda Motor Company dengan produk pertamanya yang dinamakan “Dream” dengan slogan perusahaan Honda yaitu “The Power Of Dream” . Awal dari kisah sukses nya.

Meski sepeda motornya sukses, Honda ternyata terbentur masalah finansial bahkan terancam bangkrut. Ia memang seorang penemu dan mekanik yang hebat namun tidak pandai mengelola keuangan. Inilah yang kemudian mempertemukan dirinya dengan Takeo Fujisawa orang yang sangat berpengaruh pada kelangsungan bisnis Honda selanjutnya. Saat itu Honda berusia 42 Tahun dan Fujisawa berusia 38 tahun.

Duet kedua orang ini berhasil membuat Honda mewujudkan mimpi dan keinginannya untuk menjangkau dunia. Akhirnya, seperti yang kita ketahui, produk-produk Honda tak hanya menjadi nomor 1 di Jepang tetapi juga di berbagai belahan dunia.

Soichiro Honda, oleh karyawannya dikenal sebagai pemimpin yang keras. Namun sikapnya menjadi lembut ketika acara minum sake bersama. Satu hal lagi yang patut dipuji dari Honda adalah sikap nya yang anti-nepotisme dalam menentukan jabatan di perusahaannya.

Sepanjang hidupnya, Soichiro Honda dikenal sebagai orang yang selalu berjiwa muda. Walaupun usianya semakin bertambah tua tapi semangatnya tidak pernah berkurang. Pada 5 Agustus 1991, Honda meninggal di usia 84 tahun akibat penyakit lever.

Honda berkata “Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99% kegagalan saya” . Pesan Honda : “ Ketika Anda mengalami kegagalan, mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru dan berusahalah untuk merubah mimpi itu menjadi kenyataan.” Kisah Honda ini, adalah contoh bahwa suskes itu bisa diraih seseorang dengan modal seadanya, tidak pintar di sekolah, ataupun berasal dari keluarga miskin.

Pasir dan Batu

Dikisahkan bahwa ada dua orang sahabat sedang melakukan perjalanan menyeberangi padang pasir. Pada suatu tempat, mereka terlibat dalam perdebatan sengit, sahabat yang satu menampar muka sahabat yang lain. Sahabat yang ditampar merasa terluka hatinya. Tanpa mengucapkan sepatah kata, ia menulis di pasir :

“HARI INI SAHABAT BAIKKU MENAMPARKU”

Mereka lalu melanjutkan perjalanan. Dan dalam perjalanan berikutnya, mereka menemukan danau lalu mandi di danau tersebut. Orang yang ditampar tadi terjebak dalam lumpur hisap dan mulai tenggelam. Sahabatnya pun datang menolong. Setelah berhasil diselamatkan ia menulis di atas batu :

“HARI INI SAHABAT BAIKKU TELAH MENYELAMATKANKU”

Temannya berkata, “Tadi kau menulis di pasir, sekarang kau menulis di atas batu, mengapa ?”

Ia pun menjawab, “Jika seseorang melukai hati kita, sebaiknya kita menulis kejadian itu di atas pasir agar angin pengampunan dapat menghapusnya. Namun, bila seseorang berbuat baik kepada kita, hendaknya kita mengukir peristiwa itu di batu sehingga angin takkan pernah dapat menghapusnya.” (Author Unknown)
*

Sumber Buku :

Hikmah dari Seberang oleh Drs. Abu Abdillah Al-Husainy

Siapa yang Lebih Miskin?

Suatu hari seorang ayah dari keluarga sangat kaya membawa anaknya ke desa untuk menunjukkan kepadanya kehidupan orang-orang miskin. Mereka tinggal beberapa hari di rumah seorang petani miskin. Sekembalinya dari desa, sang ayah bertanya kepada anaknya,” bagaimana menurutmu perjalanan kita ini?”

“Hebat, Ayah,” kata anaknya.

“Apakah kau melihat bagaimana orang-orang miskin itu hidup?”

“Ya.”

“Lalu, pelajaran apa yang dapat kau ambil dari perjalanan itu?” tanya ayahnya dengan bangga.

“Aku baru sadar, bahwa kita punya dua anjing sedang mereka punya empat. Kita punya kolam renang luasnya sampai setengah kebun, sedang mereka punya sungai yang tak memiliki ujung. Kita mengimpor lentera untuk kebun kita, mereka punya bintang-bintang di malam hari. Teras kita sampai halaman depan, sedang mereka seluruh horizon. Kita punya tanah tempat tinggal kecil, mereka punya halaman sejauh mata memandang. Kita punya pembantu-pembantu yang melayani kita, sedang mereka memberikan pelayanan kepada orang lain. Kita membeli makanan kita, mereka memetik sendiri makanan mereka. Kita memiliki pagar mengelilingi dan melindungi kekayaan kita, mereka punya teman yang melindungi mereka.

Sampai di sini, sang ayah tak bisa berkata apa-apa. Kemudian anaknya menambahkan,” Ayah, terima kasih, engkau telah menunjukkan betapa miskinnya kita.”

****
Kita sering kali lupa pada segala yang kita miliki dan memusatkan perhatian hanya pada apa-apa yang tidak kita miliki.

Jendela Rumah Sakit

Dua orang yang mempunyai penyakit serius menempati kamar yang sama di rumah sakit. Pasien yang satu, setiap siang hari dibolehkan duduk selama satu jam untuk mengeringkan cairan yang ada di paru-parunya. Tempat tidurnya terletak di sebelah jendela satu-satunya di kamar itu.

Pasien yang lain hanya dapat berbaring di atas punggungnya setiap hari. Kedua orang ini berbicara tentang istri, keluarga, rumah tangga, pekerjaan dan keterlibatan mereka dalam tugas-tugas militer.

Setiap siang, ketika pasien yang dekat jendela duduk, ia menghabiskan waktunya bercerita kepada teman sekamarnya tentang semua yang ia lihat dari balik jendela. Teman sekamarnya selama satu jam hidup dalam dunia yang lebih luas. Kegiatan dan warna dunia luar membuatnya lebih bergairah hidup.

Jendela itu menghadap ke taman yang di dalamnya ada telaga yang indah. Angsa dan itik bermainan di atas air sementara anak-anak melayarkan kapal-kapal mainannya. Sepasang kekasih jalan bergandeng tangan di antara bunga-bunga yang berwarna-warni seperti pelangi. Pohon tua yang besar menambah indahnya pemandangan. Garis bayangan kota terlihat di kejauhan. Setiap kali pasien yang di dekat jendela menjelaskan semuanya secara indah dan rinci, teman sekamarnya memejamkan mata membayangkan pemandangan itu.

Suatu siang yang hangat, pasien yang di dekat jendela menceritakan parade yang lewat. Meskipun teman sekamarnya sama sekali tidak mendengar suara drum band, tapi ia dapat melihat parade itu dalam pikirannya karena temannya menggambarkannya dengan jelas.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Suatu pagi, perawat yang datang membawakan air untuk mandi mereka mendapati tubuh pasien dekat jendela sudah tidak bernyawa. Ia meninggal dengan penuh kedamaian dalam tidurnya. Perawat yang selama ini telah merawatnya merasa sedih. Ia memanggil karyawan rumah sakit untuk memindahkan mayat itu.

Setelah menganggap layak waktunya, pasien yang lain bertanya apakah ia boleh pindah ke dekat jendela. Perawat tidak keberatan dengan pergantian tempat ini. Setelah merasa bahwa sang pasien telah berbaring dengan nyaman di sebelah jendela, sang perawat pergi meninggalkannya sendiri.

Perlahan-lahan dengan menahan sakit, pasien itu menggunakan sikunya agar tubuhnya naik dan dapat melongok ke jendela. Akhirnya ia bakal melihat pemandangan indah itu dengan mata kepalanya sendiri.

Ia tegangkan badannya lalu perlahan-lahan berputar untuk melihat ke jendela. Betapa kagetnya ketika ia mengetahui bahwa di balik jendela itu hanya tembok belaka. Si pasien lalu menceritakan kejadian yang dialaminya kepada perawat.

“Apa gerangan yang membuat teman sekamarku berbuat demikian?” Tanya si pasien kepada perawat.

“Lelaki itu sesungguhnya buta, tembok yang ada di seberang jendela itu pun tak dapat dilihatnya.” Jelas si perawat. “Mungkin ia ingin membesarkan hatimu.” (Author Unknown)

*

Sumber Buku :

Hikmah dari Seberang oleh Drs. Abu Abdillah Al-Husainy

Segelas Susu

Suatu hari, seorang anak miskin yang berjualan dari rumah ke rumah untuk membiayai sekolahnya merasa sangat lapar tapi hanya mempunyai uang satu sen. Ia memutuskan untuk minta makan di rumah berikutnya, namun segera kehilangan keberaniannya ketika seorang gadis cantik telah membukakan pintu. Sebagai gantinya ia minta air.

Gadis itu melihat bahwa si anak kecil tampak kelaparan, ia lalu membawakannya segelas besar susu. Anak itu pun meminumnya perlahan-lahan.

“Berapa harus kubayar segelas susu ini?” kata anak itu.

“Kau tidak harus membayar apa-apa,” jawab si gadis. “Ibu melarangku menerima pembayaran atas kebaikan yang kulakukan.”

“Bila demikian, kuucapkan terima kasih banyak dari lubuk hatiku.”

Howard Kelly lalu meninggalkan rumah itu. Ia tidak saja lebih kuat badannya, tapi keyakinannya kepada Tuhan dan kepercayaannya kepada sesama manusia menjadi semakin mantap. Sebelumnya ia telah merasa putus asa dan hendak menyerah pada nasib.

Beberapa tahun kemudian gadis itu menderita sakit parah. Para dokter setempat kebingungan sewaktu mendiagnosa penyakitnya. Mereka lalu mengirimnya ke kota besar dan mengundang beberapa dokter ahli untuk mempelajari penyakit langka si pasien. Dokter Howard Kelly akhirnya dipanggil ke ruang konsultasi untuk dimintai pendapat.

Ketika mendengar nama kota asal si pasien, terlihat pancaran aneh di mata Dokter Kelly. Ia segera bangkit lalu berjalan di lorong rumah sakit dengan berpakaian dokter untuk menemui si pasien. Dokter Kelly segera mengenali wanita sakit itu. Ia lalu kembali ke ruang konsultasi dengan tekad untuk menyelamatkan nyawanya.

Sejak hari itu Dokter Kelly memberikan perhatian khusus pada kasus si pasien. Setelah dirawat cukup lama, akhirnya si pasien bisa disembuhkan. Dokter Kelly meminta kepada bagian keuangan agar tagihan rumah sakit diajukan kepadanya dahulu untuk disetujui sebelum diserahkan kepada si pasien.

Nota tagihan pun kemudian dikirimkan ke kantor Dokter Kelly. Ia mengamati sejenak lalu menuliskan sesuatu di pinggirnya. Tagihan itu kemudian dikirimkan ke kamar pasien.

Si pasien takut membuka amplop nota tagihan karena yakin bahwa untuk dapat melunasinya ia harus menghabiskan sisa umurnya.

Akhirnya, tagihan itu dibuka dan pandangannya segera tertuju pada tulisan di pinggir tagihan itu :

Telah dibayar lunas dengan segelas susu

Tertanda

DR. Howard Nelly

Air mata bahagia membanjiri mata si pasien. Ia berkata dalam hati, “Terima kasih Tuhan, cinta-Mu telah tersebar luas lewat hati dan tangan manusia.” (Author Unknown)

*

Sumber Buku :

Hikmah dari Seberang oleh Drs. Abu Abdillah Al-Husainy

Kisah Laki-Laki Dan Keledai

Ini kisah sejak zaman dahulu kala. Suatu ketika seorang laki-laki beserta anaknya membawa seekor keledai kepasar.

* Ditengah jalan, beberapa orang melihat mereka dan tertawa, “Lihatlah orang-orang dungu itu. Mengapa mereka tidak naik keatas keledai itu?”

¨ Laki-laki itu mendengar perkataan tersebut. Ia lalu meminta anaknya naik ke atas keledai.

* Seorang perempuan tua melihat mereka, “Sudah terbalik dunia ini, sungguh anak tidak tau diri!! Ia tenang-tenang diatas keledai, sedangkan ayahnya yang tua dibiarkan berjalan.”

¨ Kali ini si-anak turun dari punggung keledai dan ayahnya yang naik.

* Beberapa saat kemudian, mereka berpapasan dengan seorang gadis muda, “Mengapa kalian berdua tidak menaiki keledai itu bersama-sama?”

¨ Mereka menuruti nasehat gadis muda itu. ..

* Tidak lama kemudian sekelompok orang lewat. “Binatang malang…., ia menanggung beban dua orang gemuk tak berguna. Kadang-kadang orang bisa sangat kejam!”

¨ Sampai disini, ayah dan anak itu sudah muak. Mereka memutuskan untuk memanggul keledai itu.

* Melihat kejadian itu ,orang-orang tertawa terbahak-bahak, “Lihat manusia keledai memanggul keledai!” sorak mereka.


Point dalam kisah tersebut:

* ¨ Jika Anda berusaha menyenangkan semua orang, maka Anda tak akan dapat menyenangkan siapapun…

* ¨ Jika Anda berusaha mendengarkan komentar semua orang, bisa jadi Anda tak akan menjadi apapun dan siapapun…

* ¨ Maka jadilah diri sendiri, melangkah dengan pasti… Berbekal Cinta, Ilmu dan Iman… dengan Cinta hidup menjadi indah… dengan Ilmu hidup menjadi mudah, dan dengan Iman hidup kian terarah…..

Yaa, namaku Cinta...

Kau mempunyai banyak hal sampai sekarang :
Pengetahuan, Kekayaan, Perasaan Sedih, Riang, Kecantikkan, dan sebagainya. Aku mengenal mereka sebagai teman-teman bermain pada hari-hari yang indah, seolah kami berada disebuah pulau yang bertebar pasir biru muda, bernaung langit warna jingga pastel yang sejuk, meniupkan angin sepoi pada ombak lembut keperakkan yang menciumi bibir-bibir pesisir.

Yaa, akulah Cinta yang ingin menggodamu saat kaya. Akulah Cinta yang sesungguhnya hendak mengujimu ketika pintar. Akulah Cinta yang selalu menghiburmu dikala duka. Akulah Cinta, yang ingin mengajakmu menari begitu kau merasa cantik.
Tapi, apa yang kurasakan pada suatu hari ketika badai mengacaukan hidup?

Yaa, akulah Cinta. Yang menjerit-jerit ketika badai meluap entah darimana. Ketika tiba-tiba air sudah memenuhi hamparan pasir dimana sering aku bermain disana. Segala yang kau miliki ~Harta, Kecantikkan, Keriangan, Kepintaran, bahkan Sedih~ sudah melarikan diri, meninggalkanmu mengerapai-gerapai dalam ketakutan yang gaduh.
“Aku Cinta, kenapa tidak ada yang menolongku pada saat seperti ini?! Aku Cinta, kenapa seolah tiada lagi yang mengenalku?!”.

Pekikku luruh ditelan gemuruh…

Kekayaan ~dengan tergesa-gesa~ mengayuh perahunya, “Maafkan aku Cinta, tak ada tempat bagimu, karena sudah kupenuhi perahu ini dengan Kebahagiaan” kata dia. Juga Kecantikkan yang sudah enggan mendekatiku karena berada dalam kubangan lumpur, sehingga Ia cemas gaunnya kotor. “Maafkan aku Cinta, biar yang lain saja yang menolongmu nanti” lalu Ia tinggalkan diriku dalam gugup.

Sempat kutatap Kesedihan yang terlalu sedih sehingga melupakanku. Sempat kulihat Keriangan yang terlalu riang sehingga tak lagi mengenalku.
Yaa, akulah Cinta. Yang menangis dalam sepi. Padahal sepi ~dimana-mana~ tak akan mampu menjadikan siapa saja melakukan apapun.

Yaa, akulah Cinta yang menunggu mati disetiap kehidupan jika semuanya sudah begitu tergesa-gesa. Pasrah, aku ditempatku bersimpuh, sampai terdengar suara yang luruh, “Cinta kemarilah kuselamatkan engkau”.

Lalu suara itu mengangkatku dan meletakkanku dalam biduknya. Kami meluncur menjauhi badai sampai kutemukan lagi teman-teman bermainku; Ria, Cantik, Harta, Duka, dan Pengetahuan yang memelukku erat-erat.

“Oh, siapa yang menolongku tadi?” tanyaku seraya melepaskan dia, “Dan kenapa kalian meninggalkanku, seperti tak pernah mengenalku saat badai datang?”

Disekitarku sunyi. Biduk yang membawaku dan kumparan badai itu pun telah tak tampak.

“Dia adalah Waktu” kata Pengetahuan. “Hanya Waktu yang mengerti Cinta. Pada kehidupan yang penuh badai seperti tadi, maafkanlah kami yang sibuk dengan diri sendiri. Hanya Waktu yang tahu bahwa Cinta itu ada.”


Yaa, namaku Cinta.
Ingin kuingatkan pada siapapun bahwa Aku masih disini...




sumber : Minggu Pagi, tanggal terbitnya lupa --“

(cerpen) LIFE STEALER

Ini adalah dunia fiksi dimana manusia tidak hanya mempunyai "satu nyawa". Mereka dapat memiliki hingga berpuluh-puluh nyawa, bahkan hingga berjuta-juta nyawa, semuanya tergantung seberapa banyak mereka telah MEMBUNUH SESAMANYA.

MAIN RULE :
1. Setiap membunuh seorang manusia, maka bertambahlah 1 nyawa bagi pembunuhnya.
2. Jika seseorang memiliki (misal) 4 nyawa, maka dia harus dibunuh sebanyak 4 kali agar mati secara mutlak.
3. Semakin banyak nyawa yang dimiliki, maka semakin memperpanjang jangka hidup (umur / fisik) orang tersebut.

Akhirnya, sudah beribu-ribu tahun kekacuan yang terjadi di bumi, sampai pada tahun 2010 ini pun masih terus berlanjut. Semuanya disebabkan oleh manusia, makhluk yang paling hina di muka bumi. Suatu pola rantai makanan yang salah telah terjadi entah semenjak kapan, orang paling renta pun belum mengetahui kapan awal dimulainya kanibalisme ini. Ya, suatu rantai makanan dimana manusia adalah rajanya, raja yang membunuh sesama raja untuk bertahan hidup. Mungkin dulu masih ada beberapa orang yang mengalah untuk tidak bertahan hidup dengan kanibalisme semacam itu. Namun sekarang? coba kau lihatlah sendiri kawan, dunia ini tak ubahnya neraka, semuanya lebih kejam daripada hukum rimba.

"Yang kuat yang menang?" hah, yang benar saja. Disini tak hanya kuat yang dibutuhkan, meski kau kuat tapi hanya mempunyai 1 nyawa, tetap saja kau akan binasa melawan pembunuh sejati yang telah mempunyai banyak nyawa. Mungkin kau bisa membunuhnya 5 kali, 10 kali, 20 kali, 90 kali; tapi coba bayangkan jika orang yang kau lawan tersebut memiliki 700 nyawa. Percuma kau tancapkan pedangmu berpuluh-puluh kali ke tubuhnya, hasilnya jika kau hanya mempunyai 1 nyawa, toh tetap saja kau mati ditangannya dengan satu serangan vital.

"Percuma dirimu berdoa; didunia ini tidak ada Tuhan, Dewa, bahkan Iblis sekalipun "

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kini aku sendiri, setelah 7 tahun lalu keluargaku dibunuh oleh orang itu. Masih segar dalam pikiranku ketika kulihat dia merenggut nyawa ayah, ibuku, dan kakakku; mengintip dari loteng rumah aku hanya bisa menahan tangis dalam hati, dan terus bersembunyi. Wajah laknat itu tak akan kulupakan...

Sampai hari ini tetap kulanjutkan langkahku menyusuri jalanan Veal, kota hancur dimana masih ada sisa-sisa manusia dimuka bumi ini. Oh iya lupa kuceritakan, sekarang dunia sudah mulai sepi oleh manusia, telah banyak manusia yang telah dimatikan (oleh sesama manusia) untuk hidup, ya semuanya hanya memiliki ego bertahan hidup dengan membunuh sesama. Ada manusia yang berkeluarga dan mempunyai anak, namun banyak pula keluarga yang langsung membunuh bayi yang baru saja dilahirkan, dengan alasan untuk memperpanjang hidupnya. Dan ketika ada diantara mereka yang merasa hidupnya semakin sedikit, membunuh dalam satu keluarga adalah hal yang lumrah. Hah! manusia memang gila..

Sama seperti diriku, aku pun ingin membunuh seseorang, hanya 1 orang, Orang hina yang kulihat 7 tahun lalu membantai keluargaku; warna bola matanya hitam, lebih hitam dari awan mendung yang saat ini kulihat, dengan ekspresi wajah yang selalu terseyum, dan rambut yang sudah memutih. Entah sekarang sudah berapa umur atau nyawanya, aku tak peduli; yang kupedulikan hanyalah tujuanku, membunuhnya...

Tiga tahun berlalu,
Aku masih menyusuri Veal dengan hati-hati, selalu lari dari pertempuran, selalu bersembunyi jika ada pertempuran, selalu menghindar dari tatapan kelaparan orang yang kutemui. Bukannya aku takut, tapi apa daya dari seorang bocah 14 tahun yang hanya mempunyai satu nyawa bila dibandingkan dengan kanibal-kanibal level tinggi di kota ini. Mereka mempunyai berpuluh-puluh nyawa bahkan menurutku sebagian dari mereka ada yang telah memiliki ratusan nyawa.
Yang kulakukan hanya bertahan hidup, mencuri makanan kaleng dari supermarket, pusat perbelanjaan, dan toko lainnya yang sama-sama sudah tidak berpenghuni lagi di reruntuhan kota ini. Kadang saat mengambil makanan kulihat tulang belulang berserakan, pikirku mungkin penjaga toko yang telah menjadi korban kebengisan sesama spesiesnya.

15 Februari 2010, pukul 20.15...
Hujan, sederas darah mereka mengucur..
Halilintar, sebising terikan makhluk sampah..
Dingin, tanpa ada lagi kesucian..
Gelap, secara abadi jiwa mereka terlelap..
Dia hanya tertawa, seakan mengiringi terbangnya nyawa..

Hingga akhirnya tanpa sengaja aku melihat pertempuran antar makhluk yang disebut manusia itu. Entah apa penyebabnya, logika seorang anak kecil tidak terlalu memahaminya. Aku hanya menduga mereka hanya berebut sesuatu yang mereka sebut "hidup", suatu keadaan memperpanjang "hidup" dengan membunuh nyawa orang. Ramai, sangat ramai, ada puluhan orang tergeletak; puluhan lainnya masih membawa pedang, pisau, kapak, panah, tombak, dan senjata lainnya. Berebut sesuap "hidup" yang dimiliki dalam diri lawannya. Ada orang yang telah tertusuk puluhan kali, tetapi masih sanggup berdiri. Ada yang dadanya bocor mengeluarkan berliter-liter darah tetapi masih sanggup melawan. Aku tidak tahu sudah sejak kapan mereka bertarung disitu.
Sungguh pertempuran yang rumit, aku gemetar, menjauh dan mengintip perang tersebut dari balik tembok...

17 Februari 2010, pukul 23.45...
"Apa-apan ini?" gumamku dalam hati, mereka masih saja bertarung. Hampir 2 hari mereka mempertahankan ego dan hidupnya, sudah banyak yang tumbang, namun masih tersisa beberapa manusia setan yang seakan semakin kelaparan membunuh. Rasanya aku ingin kabur sejauh mungkin dari kota ini, tapi kemudian aku melihat orang keparat itu. Satu-satunya yang tersisa dari pertempuran itu, dia berdiri diantara tumpukan mayat dijalanan yang telah berwarna merah darah.
Dari arah belakang aku belari, sambil membawa belati milik ayah yang selama ini kusimpan dalam saku celana usangku. Berlari, mempercepat langkah menuju bajingan yang membuat hidupku sepi. "PPAAMAAANNNN!!!!!!" "SIIIAAALLLLLLLAAANNNNNNNN!!!!" teriakku tiba-tiba sambil menancapkan belati di punggungnya.

Dia terjatuh, tumbang...
Aku terengah-engah mengatur nafas. Tapi bajingan masih bisa itu berdiri, tanggannya meraih punggung dan mencabut belati ayahku.
"Ah untung saja, tidak apa-apa lah, aku masih mempunyai 221 nyawa", gerutu orang tersebut. Matanya yang hitam menatap lekat padaku, dia masih saja tersenyum seperti 10 tahun yang lalu. Gemetar tubuhku kembali menguat saat berhadapan dengannya. Sambil tersenyum, kemudian dia mengembalikan belati ayah padaku.

"Hai, lama tidak bertemu, kamu kemana saja, Kupo?" sambil menyapa dia menepuk-nepuk kepalaku.
Aku hanya bisa menunduk...
"Aku senang kalau kamu selamat, wah kamu semakin besar saja, haha.. tapi garis wajahmu tidak banyak berubah, masih seperti Kupo waktu kecil dulu" kembali dia melanjutkan percakapan yang menurutku bodoh.
Aku sendiri masih menunduk...
Akhirnya dia menundukkan kepala, dan kembali menatap mataku...
"Plak!!" Kutampar wajahnya saat itu, "Kenapa waktu itu paman Rev membunuh ayah, ibu, dan kakak?" tanyaku sambil terisak.

"Haha.. maaf ya? karena waktu itu kurasa umurku tinggal sebentar lagi, waktu itu rambutku sudah memutih kan? jadi tidak ada cara lain, sesuai hukum alam jika ingin memperpanjang umur ya kita harus mengambil nyawa seseorang" Jawabnya sambil menggaruk-garuk kepala dengan rambutnya yang kini sudah kembali hitam seperti masa muda dulu.
"Praakkkk!!! Praaakkk Prakk!!" dengan sisa-sisa tenaga aku memukul wajah paman, dan aku kembali terdiam, tubuhku lemas.
Dia hanya tersenyum...

"Sekarang apa yang akan kamu lakukan? ayo ikut bersamaku, dunia ini sekarang sudah sepi. Mungkin sekarang hanya sedikit orang yang hidup, orang-orang kota Veal juga sudah mati, tadi mereka berebut jatah makanan di kota ini, itulah sebabnya mereka bertengkar, eh tepatnya berperang, hehe..." dia masih saja tersenyum ketika mengatakannya, padahal dia telah membunuh begitu banyak orang saat itu.
Aku masih membisu, aku sudah tidak mempunyai tenaga untuk memberikan perlawanan fisik pada paman Rev.

Aku mengatur nafas..
"Paman? aku membenci paman, aku tidak ingin hidup dengan makhluk sepertimu, anda tidak lagi kuanggap keluargaku. Paman telah mengambil hal yang lebih penting dari hidupku, yaitu keluargaku"
"Ya, tadi kau mengatakan dunia ini sudah sepi kan?" tanyaku sekali lagi.
Bagaimana kalau begini...

Secepat kilat belati ayah tadi kutusukkan ke jantungku. "Selamat tinggal, semoga harimu menyenangkan" begitulah kata-kata terakhir yang kuucapkan.
Pada detik akhir, samar-samar untuk pertama kali kulihat senyuman orang itu memudar.

Sekarang aku hilang dari dunia, dan kata yang tepat untuk menggambarkannya adalah MATI.
dan nasib paman tadi? "hm,, bayangkan saja jika kamu memiliki umur yang sangat panjang namun hidup sebatang kara, tanpa siapa-siapa"

~tamat, bubar, the end, selesai, terima kasih, matur nuwun, thank you~

author : Kyuu // Zulham
created : 23.30 (17/02/10) - 01.00 (18/02/10)
ng, sebenarnya aku ingin memperpanjang alur cerita, tapi karena besok mau ngurus KRS, ya tak buat sejadinya aja deh..
*merem, tidur dulu ah* ~_~

Protected by Copyscape Online Plagiarism Software

Tong Sampah

Seorang pria tua yang bijak memutuskan untuk pensiun dan membeli rumah mungil dekat sebuah SMP. Selama beberapa minggu ia menikmati masa-masa pensiunnya dengan tenang dan damai. Kebetulan saat itu sedang masa liburan sekolah.
Tak berapa lama kemudian, masa sekolah tiba. Dan, sekolah itu pun penuh dengan anak-anak. Suasana tenang dan nyaman menjadi sedikit berubah. Namun yang paling menjengkelkan pak Tua adalah, setiap hari ada tiga anak laki-laki lewat di depan rumah yang suka memukuli tong sampah yang ada di pinggir jalan. Mereka membikin keributan sepanjang hari dan berulah seolah-olah menjadi pemain perkusi hebat.

Begitu terus dari hari ke hari. Sampai akhirnya pak Tua merasa harus melakukan sesuatu pada mereka. Keesokan harinya, pak Tua keluar rumah sambil tersenyum lebar menghampiri tiga anak laki-laki yang sedang asyik memukuli tong sampah. Ia menghentikan permainan mereka, dan berkata, “Hai, anak-anak! Kalian pasti suka bersenang-senang. Saya suka sekali dengan cara kalian bersenang-senang seperti ini. Sewaktu saya masih kecil, saya juga suka bermain-main seperti kalian. Nah, apakah kalian mau saya beri uang?”

“Mau.. mau..” sahut ketiga anak itu serempak.

“Okay, begini,” pak Tua itu tersenyum.

Lalu ia mengeluarkan tiga lembar uang ribuan dari sakunya. Katanya, “Masing-masing dari kalian saya beri uang seribu. Tapi kalian harus berjanji mau bermain-main di sini dan memukuli tong sampah ini setiap hari.” Anak-anak itu senangnya luar biasa. Sejak itu setiap hari mereka bekerja memukuli tong sampah itu dengan penuh semangat.

Beberapa hari kemudian, pak Tua itu menghampiri dan menyambut pekerjaan mereka dengan penuh senyum. Namun kali ini senyumnya tampak agak sedih.

Katanya, “Nak, kalian tahu khan situasi krisis akhir-akhir ini membuat uang pensiun saya tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.”

Ia menarik nafas dalam-dalam. Anak-anak itu menunggu apa yang diucapkannya. Lanjut pak Tua. “Mulai hari ini saya hanya bisa membayar kalian lima ratus saja untuk tugas kalian memukuli tong sampah ini.”

Anak-anak itu tampak kecewa dengan keputusan pak Tua, namun mereka masih bisa menerimanya. Lalu mereka melanjutkan tugas mereka membuat keributan sepanjang hari.

Beberapa hari kemudian, pak Tua itu dengan wajah memelas mendekati anak-anak yang sedang memukuli tong sampah.

Katanya, “Maaf, bulan ini saya belum menerima kiriman uang pensiun. Saya hanya bisa memberi kalian bertiga seribu Rupiah saja.”

“Apa..? Seribu untuk bertiga?,” protes pemimpin pemain tong sampah itu. “Apa pak Tua kira kami ini mau menghabiskan waktu kami di sini hanya untuk uang segitu? Ah, yang benar saja! Pak Tua ini tidak masuk akal. Mulai hari ini kami tidak mau lagi melakukan tugas ini lagi. Kami keluar.”

Ketiga anak lelaki itu pergi meninggalkan pak Tua itu dengan bersungut-sungut. Dan, sejak hari itu pak Tua menikmati ketenangan hingga akhir hayatnya.

Begitulah bila kita mencampur-adukkan kegembiraan hati dengan materi. Seringkali kita kehilangan keceriaan hanya karena kita menganggap keceriaan itu adalah sebuah pekerjaan yang dibayar, maka bila bayarannya berkurang maka kesenangan pun jadi berkurang.

Jangan sampai kegembiraan anda menghilang di balik beberapa lembar uang belaka.
Cerita Cinta September 30, 2005

Memilih Tamu

Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah, dan ia melihat ada tiga orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua. Wanita itu berkata,”Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti sedang lapar.
Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk menganjal perut.”

Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, “Apakah suamimu sudah pulang?”
Wanita itu menjawab, “Belum, dia sedang keluar.”
“Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali,” kata pria itu.

Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, “Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini.”

Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam. “Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama,” kata pria itu hampir bersamaan.
“Lho, kenapa?” tanya wanita itu karena merasa heran.
Salah seorang pria itu berkata, “Nama dia Kekayaan,” katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya, dan “sedangkan yang ini bernama Kesuksesan”, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. “Sedangkan aku sendiri bernama Cinta. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa di antara kami yang boleh masuk ke rumahmu.”

Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa heran. “Ohho… menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan.”

Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, “Sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen gandum kita.” Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. “Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Cinta yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Cinta.”

Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. “Baiklah, ajak masuk si Cinta ini ke dalam. Dan malam ini, Si Cinta menjadi teman santap malam kita.”

Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. “Siapa di antara Anda yang bernama Cinta? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini.” Si Cinta bangkit, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho.. ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan. “Aku hanya mengundang si Cinta yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga?” Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan.

“Kalau Anda mengundang si kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Cinta, maka, kemana pun Cinta pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Di ana ada Cinta, maka Kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami buta. Dan hanya si Cinta yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan saat kami menjalani hidup ini.

Siapa yang Lebih Cerdik?

Ketika seorang pengusaha sedang memotong rambutnya pada tukang cukur yang berdomisili tidak jauh dari kantornya, mereka melihat ada seorang anak kecil berlari-lari dan melompat-lompat di depan mereka. Tukang cukur berkata, “Itu Bejo, dia anak paling terbodoh di dunia”. Pengusaha itu kemudian bertanya “Apa iya?”.

Tukang cukur dengan bersemangat “Mari… saya buktikan!” Lalu, dia memanggil si Bejo, tukang cukur itu merogoh kantongnya dan mengeluarkan lembaran uang Rp 1000 dan Rp 500, lalu ia memanggil bejo dan berkata, “Bejo, kamu boleh pilih dan ambil salah satu uang ini, terserah kamu mau pilih yang mana, ayo nih!”. Bejo pun melihat ke tangan Tukang cukur dimana ada dua lembaran uang Rp 1000 dan Rp 500, lalu dengan cepat tangannya bergerak mengambil lembaran uang Rp 500.

Tukang cukur dengan perasaan benar dan menang lalu berbalik kepada sang pengusaha dan berkata, “Benar kan yang saya katakan tadi, Bejo itu memang anak terbodoh yang pernah saya temui. Sudah tak terhitung berapa kali saya lakukan tes seperti itu tadi dan ia selalu mengambil uang logam yang nilainya paling kecil”.

Setelah sang pengusaha sudah selesai memotong rambutnya, di tengah perjalanan pulang dia bertemu dengan Bejo. Karena merasa penasaran dengan apa yang dia lihat sebelumnya, dia pun memanggil Bejo lalu bertanya “Bejo, tadi saya sewaktu tukang cukur menawarkan uang lembaran Rp 1000 dan Rp 500-an, saya lihat kok yang kamu ambil, uang yang Rp 500, kenapa tidak ambil yang Rp 1000, nilainya kan lebih besar dan dua kali lipat dari yang Rp 500.

Si bejo kemudian melihat dan memandang wajah sang pengusaha, ia agak ragu-ragu untuk mengatakannya. “Ayo beritahu saya, kenapa kamu ambil yang Rp 500,” desak sang pengusaha. Akhirnya si Bejo pun berkata, “Kalau saya ambil yang Rp 1000, berarti permainannya akan selesai………

Iri Hati

Pada suatu hari guru di sekolah meminta anak-anak menulis karangan tentang Iri hati. Jerry anak kelas enam, menuliskan hal sebagai berikut:

“Iri hati adalah milik saya sebab sayalah yang membuatnya sendiri. Saya memilih beberapa orang dan menaruh iri hati kepada mereka. Tahun lalu, saya memilh Dick sebagai sasaran iri hati saya. Saya terus merasa iri kepadanya karena dia menghantar timnya menjadi juara sedangkan saya tidak. Sungguh, saya iri kepadanya sepanjang tahun.
Setiap kali dia tiba dan saya duduk di bangku, iri hati saya semakin bertambah. Akhirnya, saya memutuskan untuk membenci Dick. Sungguh, saya sangat membencinya.

“Lucunya tentang semua ini adalah bahwa setiap kali Dick hendak berbicara kepada saya, dan ketika saya hanya mengangguk sekedarnya, dick meneruskan bicaranya. Dia bahkan pada suatu hari membantu saya keluar dari kesulitan dengan kepala sekolah. Saya menyadari bahwa Dick tidak tahu bahwa saya iri hati padanya, maka pada suatu hari saya berkata kepada diri saya sendiri,”ya ampun, anak ini bahkan tidak tahu bahwa saya membencinya. Saya lalu melupakan segalanya. Sayalah satu-satunya yang merasa jengkel tentang semua ini”

“Dick dan saya sekarang menjadi teman baik, dan saya pikir rasa iri hati adalah satu sisi dari kehidupan kita. Rasa iri bisa disamakan dengan makan apel yang masih hijau; memakannya memang tidak melukai orang lain, tapi dirimu sendiri dan kamu akan menderita sakit perut karenanya.”

Surat Cinta Anak Kimia

Senyum manismu...
bagaikan NaOH pekat yang menetes pada buret schelbagh, menimpa HCl dalam enlermeyer jiwaku.
Kuaduk perlahan dengan magnetic stirrer, membasahkan ph suasana hatiku hingga phenolptalin memerah.

Ketika hatiku pengap bagai di ruang asam, kau datang membawa kesegaran aroma asam butirat.
Tapi jangan khawatir, cinta kita bisa dikatalis pakai selen supaya cepat tumbuh.
Masih ingatkah engkau waktu penetapan kadar protein? Nah, selenium dan asam sulfat bisa membuat daya dobrak makin oke....

Jika masih belum puas dan percaya dengan keyakinan cintaku padamu, bawalah indikator phenolptalin, celupkan di dasar hatiku!
Jika berubah warna, maka itu artinya cintaku palsu dan itu tidak akan terjadi padaku.

Tapi sayangku, janganlah kau balas cintaku dengan keputusan serumit rantai DNA.
Apalagi jika aku tak punya enzim semangat untuk memutus rangkaian itu.
Daripada kau buat rekayasa genetika di lab. tanaman, lebih baik buat rekayasa cinta seperti yang dinyanyikan Camelia Malik.

Surat Cinta Anak Perminyakan

Wahai sayangku yang sebundar packer.
Hatiku merinding bak tubing seribu di sumur miring
Hatta berat menyampaikannya kepadamu
Ijinkan aku mengeksploitasi lautan kebesaranmu

Berat jenis kita yang berbeda bagai dua cairan yang tak pernah menyatu
Bahkan derajat kesungguhanku terbang bagaikan gas yang sangat ringan

Seperti terhimpit tekanan di dasar sumur
Bahkan terkubur pasir yang tidak kompak
Walau seribu stages kupasang
Tak mampu jua kata terlontar walau sepatah

Mungkin hilang nyali karenamu
Biarlah kuminta dukungan Mr. Vogel dan Darcy agar sumbatan-sumbatan gelembung rasa cepat terpisah dan mudah menguap
Lepas kendali ke permukaanmu.

Surat Cinta Anak Elektro

Sejak pertama kali bertemu denganmu,
aku tahu engkaulah yang kunanti selama ini.

Lihatlah...

Setiap ku memandangmu
amperemeter dan voltmeter cintaku
selalu menunjukan skala penuh,
dan gelombang di osiloskop hatiku
bergerak tak karuan.

Setiap ku mendekatimu,
hatiku bergetar lebih dahsyat dari
getaran turbin yang membangkitkan
arus AC tiga fasa 220 volt 50 hertz.

Bila engkau jauh,
aku bagai komputer digital tanpa mikroprosesor,
aku bagaikan rangkaian pemancar tanpa catu daya.

Karena hanya engkau yang bisa me-recharge
kekosongan muatan kapasitor hatiku.
Hanya engkau yang bisa mengaktifkan
perangkat keras dan perangkat lunak yang aku miliki.

Aku ingin hatiku dan hatimu bagai anoda dan katoda
dari dioda yang dibias maju.

Aku ingin hati kita bagai belitan induktor
yang melekat kuat pada inti transformator.

Maka biarlah tahanan di antara hati kita besarnya
tidak lebih dari satu ohm agar sinyal-sinyal analog
yang aku kirim boleh mengalir indah dari emitter hatiku
sampai di kolektor hatimu tanpa distorsi yang berarti.

Biarlah sinyal-sinyal itu engkau sampling, kuantisasi dan
dekodekan agar engkau bisa menganalisis
kesungguhan byte-byte cinta ini.

Jangan sangsikan ketulusanku padamu.
Biarlah keraguanmu aku tapis menggunakan band pass filter.

Kalau tak percaya pada cintaku, belahlah dadaku.
Engkau akan melihat namamu tertera indah
pada display LCD hatiku.

Masih tak percaya?
Belahlah lebih dalam lagi,
engkau akan melihat rangkaian penerima
yang jalur-jalurnya telah cacat akibat menerima
gelombang elektromagnetik intensitas tinggi
yang engkau pancarkan.

Masih tak percaya juga?
Biarlah....
Demi engkau aku rela memutus saklar utama kehidupanku
agar engkau tahu betapa besarnya amplitudo cintaku.

Percayalah padaku hanya engkau cintaku.

Surat Cinta Anak Ekonomi

Wahai belahan jiwaku…
Debetlah cintaku di neraca hatimu
Kan ku jurnal setiap transaksi rindumu
Hingga setebal Laporan Keuanganku

Wahai kekasih hatiku…
Jadikan aku manager investasi cintamu
Kan ku hedging kasih dan sayangmu
Di setiap lembaran portofolio hatiku

Bila masa jatuh tempo telah tiba
Jangan kau retur kenangan indah kita
Biarlah ia bersemayam di Reksadana asmara
Berkelana di antara Aktiva dan Passiva

Wahai mutiara kalbu ku...
Hanya kau lah Master Budget hatiku
Inventory cintaku yang syahdu
General Ledger ku yang tak lekang ditelan waktu

Surat Cinta Anak Accounting

Wahai Kekasihku...
Debetlah cintaku di neraca hatimu
Kan ku jurnal setiap transaksi rindumu
Hingga setebal Laporan Keuanganku

Wahai kekasih hatiku...
Jadikan aku manager investasi cintamu
Kan ku hedging kasih dan sayangmu
Di setiap lembaran portofolio hatiku
Bila masa jatuh tempo tlah tiba
Jangan kau retur kenangan indah kita
Biarlah ia bersemayam di Reksadana asmara
Berkelana di antara Aktiva dan Passiva

Wahai mutiara kalbu ku....
Hanya kau lah Master Budget hatiku
Inventory cintaku yang syahdu
General Ledger ku yang tak lekang ditelan waktu

Wahai bidadariku....
Rekonsiliasikanlah hatiku dan hatimu
Seimbangkanlah neraca saldo kita
Yang membalut laporan laba rugi kita
Dan cerahkanlah laporan arus kas kita selamanya
Jika di hari closing nanti, Tidak ada kecocokkan saldo
mungkin cinta kita harus dijurnal balik...

Surat Cinta Anak IT

Seandainya hatimu adalah sebuah system, maka aku akan scan kamu untuk mengetahui port mana yang terbuka Sehingga tidak ada keraguan saat aku C:\> nc -l -o -v -e ke hatimu,

tapi aku hanya berani ping di belakang anonymouse proxy, inikah rasanya jatuh cinta sehingga membuatku seperti pecundang atau aku memang pecundang sejati....????
whatever!

Seandainya hatimu adalah sebuah system, ingin rasanya aku manfaatkan vulnerabilitiesmu, pake PHP injection Terus aku ls -la; find / -perm 777 -type d, sehingga aku tau kalo di hatimu ada folder yang bisa ditulisi atau adakah free space buat aku?. apa aku harus pasang backdor “Remote Connect-Back Shell” jadi aku tinggal nunggu koneksi dari kamu saja, biar aku tidak merana seperti ini.

Seandainya hatimu adalah sebuah system, saat semua request-ku diterima aku akan nongkrong terus di bugtraq untuk mengetahui bug terbarumu maka aku akan patch n pacth terus,aku akan jaga service-mu jangan sampai crash n aku akan menjadi firewallmu aku akan pasang portsentry, dan menyeting error pagemu ” The page cannot be found Coz Has Been Owned by Someone, get out!” aku janji gak bakalan ada macelinious program atau service yang hidden, karena aku sangat sayang dan mencintaimu.

Seandainya hatimu adalah sebuah system, jangan ada kata “You dont have permission to access it” untuk aku, kalau ga mau di ping flood Atau DDos Attack, jangan ah…! kamu harus menjadi sang bidadari penyelamatku....

Seandainya hatimu adalah sebuah system …?

Tapi sayang hatimu bukanlah sebuah system, kamu adalah sang bidadari impianku, yang telah mengacaukan systemku! Suatu saat nanti aku akan datang n mengatakan kalau di hatiku sudah terinfeksi virus yang Menghanyutkan, Ga ada anti virus yang dapat menangkalnya selain.... KAMU....

Surat Cinta Anak Matematika (2)

Tiga minggu yang lalu…
Untuk pertama kalinya kulihat kau berdiri tegak lurus lantai
Kulihat alismu yang berbentuk setengah lingkaran dengan diameter 4 cm
Saat itulah kurasakan sesuatu yang lain dari padamu
Kurasakan cinta yang rumit bagaikan invers matriks berordo 5×5

Satu minggu kemudian aku bertemu kau kembali…
Kurasakan cintaku bertambah,
bagaikan deret divergen yang mendekati tak hingga
Limit cintaku bagaikan limit tak hingga
Dan aku semakin yakin,
hukum cinta kita bagaikan
hukum kekekalan trigonometri sin2+cos2 = 1

Kurasakan dunia yang bagaikan kubus ini menjadi milik kita berdua
Dari titik sudut yang berseberangan,
kau dan aku bertemu di perpotongan diagonal ruang

Semakin hari kurasakan cintaku padamu
bagaikan grafik fungsi selalu naik yang tidak memiliki nilai ekstrim.
Hanya ada titik belok horizontal yang akan selalu naik
Kurasakan pula kasihku padamu
bagaikan grafik tangen (90o < x < 270o)

Namun aku bimbang…
Kau bagaikan asimtot yang sulit bahkan tidak mungkin kucapai
Aku bingung bagaikan memecahkan soal sistem persamaan linear
yang mempunyai seribu variabel dan hanya ada 100 persamaan
Bahkan ekspansi baris kolom maupun Gauss Jordan pun tak dapat memecahkannya

Surat Cinta Anak Matematika (1)

Saat aku bersua dengan eksponen jiwamu,
sinus kosinus hatiku bergetar
Membelah rasa

Diagonal-diagonal ruang hatimu
bersentuhan dengan diagonal-diagonal bidang hatiku

Jika aku adalah akar-akar persamaan
x1 dan x2
maka engkaulah persamaan dengan akar-akar
2x1 dan 2x2

Aku ini binatang jalang
Dari himpunan yang kosong
Kaulah integrasi belahan jiwaku
Kaulah kodomain dari fungsi hatiku

Kemana harus kucari modulus vektor hatimu?
Dengan besaran apakah harus kunyatakan cintaku?

kulihat variabel dimatamu
Matamu bagaikan 2 elipsoid
hidungmu bagaikan asimptot-asimptot hiperbola
kulihat grafik cosinus dimulutmu

modus ponen.... podue tollens....
entah dengan modus apa kusingkap
logika hatimu.....
Beribu-ribu matriks ordo 2x2 kutempuh
Bagaimana kuungkap adjoinku padamu

kujalani tiap barisan geometri yang tak hingga jumlahnya
tiap barisan aritmatika yang tak terhitung...

Akhirnya kutemui determinan matriks hatimu
Tepat saat jarum panjang dan pendek
berimpit pada pukul 10.54 6/11

Surat Cinta Anak Fisika

Archimedes dan Newton tak akan mengerti medan magnet yang berinduksi di antara kita
Einstein dan Edison tak sanggup merumuskan E=mc2
Ah tak sebanding dengan momen cintaku

Pertama kali bayangmu jatuh tepat di fokus hatiku
Nyata, tegak, diperbesar dengan kekuatan lensa maksimum
Bagai tetes minyak milikan jatuh di ruang hampa
Cintaku lebih besar dari bilangan avogadro...

Walau jarak kita bagai matahari dan Pluto saat aphelium
Amplitudo gelombang hatimu berinterfensi dengan hatiku
Seindah gerak harmonik sempurna tanpa gaya pemulih
Bagai kopel gaya dengan kecepatan angular yang tak terbatas...

Energi mekanik cintaku tak terbendung oleh friksi
Energi potensial cintaku tak terpengaruh oleh tetapan gaya
Energi kinetik cintaku = -mv~
Bahkan hukum kekekalan energi tak dapat menandingi hukum kekekalan di antara kita

Lihat hukum cinta kita
Momen cintaku tegak lurus dengan momen cintamu
Menjadikan cinta kita sebagai titik ekuilibrium yang sempurna
Dengan inersia tak terhingga
Takkan tergoyahkan impuls atau momentum gaya
Inilah resultan momentum cinta kita...

Surat Cinta Anak Kedokteran

Hari itu,
ketika tubuhku pada metabolisme nya yang
terendah…

Mataku berakomodasi tak percaya…
Shocked Benarkah yang tertangkap oleh nervi optici-ku??
Dalam sms mu…
Katamu, akulah nukleus kehidupanmu…
Katamu, jika kau flagelatta, maka akulah ATP. ..
Katamu, jika kau inflamasi,
akulah prostaglandin…

Sadarkah kau??
Kau berhasil membuatku mengalami
hipertensi fisiologis dan tachycardi
Perintahkan membrana tympani mu
mendengar seluruh discuss vertebralis ku berkata…

“Setiap cardiac outputku membutuhkan
pacemaker darimu.
Setiap detail gerakan glossus mu
merangsang saraf simpatisku.”
“Ucapan selamat malammu laksana
diazepam…
Ucapan “jangan menangis, sayang”mu
Cool bagaikan valium bagiku…
Dan ketika kau pergi…terasa bagaikan
imunosupresi untukku…”

Apa yang terjadi padaku??

Cinta kau bilang??
Tak pernah kudengar Dorland
mengucapkannya…
Di jurnal mana aku bisa memperoleh
Randomised Control Trial dengan Double Blind tentangnya??

Diagnosa aku…
Infus aku dengan cairan elektrolit “aku milikmu”…
Dan kita akan mengaktivasi seluruh sistem
organ kita bersama-sama…
Sampai brain stem death memisahkan kita…

Surat Cinta Anak Hukum

Kasih..
Malam ini ijinkan aku merangkai kata indah bagimu
Kurajut menjadi satu pasal
Yang mengandung seribu ayat cinta
Kuukir dalam kitab undang-undang cinta kita

Kasih..
Malam ini disini
Dipengadilan cinta
Betapa ingin kuungkapkan rasa cinta dihatiku
Dan mengetuk palu keputusan
Bahwa kau kan jadi pacarku selamanya

Kasih..
Tahukan kau ?
Kala kau jauh dariku
Saat kau tak ada disisiku
Aku bagai pesakitan dikursi terdakwa
Menahan rasa rindu mendalam

Kasih..
janganlah kau marah dan kesal
Hingga menjatuhiku dengan hukuman diam
Saat aku lupa menghubungimu tadi malam
Berilah grasi padaku bila proses bandingku mandeg

Kasih..
Bila nanti cinta kita berdua mulai tak seimbang
Bagai timbangan dewi yustisi
Marilah kita buka lembaran kitab cinta kita
Yang memuat banyak kenangan indah
Agar cinta kita tetap membara
Dan tak pudar oleh debu pelanggaran

Dan hingga tiba waktunya nanti
Sang hakim agung cinta mengetukkan palu
Untuk menyatukan kita selamanya
Dalam satu bendel keputusan pengadilan
Menjalani proses hukuman kehidupan
Dalam satu terali besi cinta

Membeli Waktu

Seorang pria pulang kantor terlambat, dalam keadaan lelah dan penat, saat menemukan anak lelakinya yang berumur 5 tahun menyambutnya di depan pintu.

Ayah, boleh aku tanyakan satu hal?
Tentu, ada apa?
Ayah, berapa rupiah ayah peroleh tiap jamnya?
Itu bukan urusanmu. Mengapa kau tanyakan soal itu? kata si lelaki dengan marah.
Saya cuma mau tahu. Tolong beritahu saya, berapa rupiah ayah peroleh dalam satu jam? si kecil memohon.
Baiklah, kalau kau tetap ingin mengetahuinya. Ayah mendapatkan Rp 20 ribu tiap jamnya.
Oh, sahut si kecil, dengan kepala menunduk. Tak lama kemudian ia mendongakkan kepala, dan berkata pada ayahnya, Yah, boleh aku pinjam uang Rp 10 ribu?

Si ayah tambah marah, Kalau kamu tanya-tanya soal itu hanya supaya dapat meminjam uang dari ayah agar dapat jajan sembarangan atau membeli mainan, pergi sana ke kamarmu, dan tidur. Sungguh keterlaluan. Ayah bekerja begitu keras berjam-jam setiap hari, ayah tak punya waktu untuk perengek begitu.

Si kecil pergi ke kamarnya dengan sedih dan menutup pintu. Si ayah duduk dan merasa makin jengkel pada pertanyaan anak lelakinya.

Betapa kurang ajarnya ia menanyakan hal itu hanya untuk mendapatkan uang? Sekitar sejam kemudian, ketika lelaki itu mulai tenang, ia berpikir barangkali ia terlalu keras pada si anak. Barangkali ada keperluan yang penting hingga anaknya memerlukan uang Rp 10 ribu darinya, toh ia tak sering-sering meminta uang. Lelaki itu pun beranjak ke pintu kamar si kecil dan membukanya.

Kau tertidur, Nak? ia bertanya.
Tidak, Yah, aku terjaga, jawab si anak.
Setelah ayah pikir-pikir, barangkali tadi ayah terlalu keras padamu, kata si ayah. Hari ini ayah begitu repot dan sibuk, dan ayah melampiaskannya padamu. Ini uang Rp 10 ribu yang kau perlukan.


Si bocah laki-laki itu duduk dengan sumringah, tersenyum, dan berseru, Oh, ayah, terima kasih.

Lalu, sambil menguak bantal tempatnya biasa tidur, si kecil mengambil beberapa lembar uang yang tampak kumal dan lecek.

Melihat anaknya ternyata telah memiliki uang, si ayah kembali naik pitam. Si kecil tampak menghitung-hitung uangnya.

Kalau kamu sudah punya uang sendiri, kenapa minta lagi? gerutu ayahnya.
Karena uangku belum cukup, tapi sekarang sudah. jawab si kecil.
Ayah, sekarang aku punya Rp 20 ribu. Boleh aku membeli waktu ayah satu jam? Pulanglah satu jam lebih awal besok, aku ingin makan malam bersamamu.

Kisah Ibu Bermata Satu

Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku membencinya.

Dia sungguh membuatku menjadi sangat memalukan. Dia bekerja memasak buat para murid dan guru di sekolahku untuk menopang keluarga.

Ini terjadi pada suatu ketika aku duduk di sekolah dasar dan ibuku datang. Aku sungguh dipermalukan. Bagaimana bisa ia tega melakukan ini padaku? Aku membuang muka dan berlari meninggalkannya saat bertemu dengannya.

Keesokan harinya di sekolahku,

"Ibumu bermata satu?!?!". eeeee ejek seorang teman.

Akupun berharap ibuku segera lenyap dari muka bumi ini.

Jadi kemudian aku katakan pada ibuku, Mama kenapa engkau hanya memiliki satu mata?

Kalau engkau hanya ingin aku menjadi bahan ejekan orang-orang , kenapa engkau tidak segera mati saja?"

Ibuku diam tak bereaksi.

Aku merasa tidak enak, namun disaat yang sama, aku rasa aku harus mengatakan apa yang ingin aku katakan selama ini. Mungkin ini karena ibuku tidak pernah menghukumku, akan tetapi aku tidak berfikir kalau aku telah sangat melukai perasaannya.

Malam itu.

Aku terjaga dan bangun menuju ke dapur untuk mengambil segelas air minum.
Ibuku sedang menangis disana terisak-isak, mungkin karena khawatir akan membangunkanku. Sesaat kutatap ia, dan kemudian pergi meninggalkannya.

Setelah aku mengatakan perasaanku sebelumnya padanya, aku merasa tidak enak dan tertekan. Walau demikian, aku benci ibuku yang menangis dengan satu mata. Jadi aku bertekad untuk menjadi dewasa dan menjadi orang sukses.

Kemudian aku tekun belajar. Aku tinggalkan ibuku dan melanjutkan studiku ke Singapore.

Kemudian aku menikah. Aku membeli rumahku dengan jerih payahku. Kemudian, akupun mendapatkan anak-anak, juga.

Sekarang aku tinggal dengan bahagia sebagai seorang yang sukses.
Aku menyukai tempat tinggal ini karena tempat ini dapat membantuku melupakan ibuku.

Kebahagiaan ini bertambah besar dan besar, ketika pada suatu saat anakku bertemu dengan seorang wanita,

Apa ? Siapa ini?

Ini adalah ibuku. Masih dengan mata satunya. Aku merasa seolah-olah langit runtuh menimpaku. Bahkan anak-anakku lari ketakutan melihat ibuku yang bermata satu.

Aku bertanya padanya,
"Siapa kamu?. Aku tidak mengenalmu!!!", kukatakan seolah-olah itu benar.

Aku memakinya, Berani sekali kamu datang ke rumahku dan menakut-nakuti anak-anakku! KELUAR DARI SINI!! SEKARANG JUGA!!!..."�.

Ibuku hanya menjawab, "Oh, maafkan aku. Aku mungkin salah alamat."

Kemudian ia berlalu.

Oh syukurlah!
Dia tidak mengenaliku. Aku agak lega. Kukatakan pada diriku kalau aku tidak akan khawatir, atau akan memikirkannya lagi. Dan akupun menjadi merasa lebih lega.

Suatu hari, sebuah undangan menghadiri reuni sekolah dikirim ke alamat rumahku di Singapore. Jadi, aku berbohong pada istriku bahwa aku akan melakukan perjalanan dinas. Setelah menghadiri reuni sekolah, aku mengunjungi sebuah gubuk tua, dulu merupakan rumahku. Hanya sekedar ingin tahu saja.

Di sana, aku mendapati ibuku terjatuh di tanah yang dingin.
Tapi aku tidak melihatnya ia mengeluarkan air mata. Ia memegang selembar surat ditangannya. Sebuah surat untukku.

Anakku,
Aku rasa hidupku cukup sudah kini..
Dan, aku tidak akan pergi ke Singapore lagi..
Tapi apakah ini terlalu berlebihan bila aku mengharapkan engkau yang datang mengunjungiku sekali-kali? Aku sungguh sangat merindukanmu.

Dan aku sangat gembira ketika kudengar bahwa engkau datang pada reuni sekolah .
Tapi aku memutuskan untuk tidak pergi ke sekolahan. Demi engkau.

Dan aku sangat menyesal karena aku hanya memiliki satu mata, dan aku telah sangat memalukan dirimu.

Kau tahu, ketika engkau masih kecil, engkau mengalami sebuah kecelakaan, dan kehilangan salah satu matamu. Sebagai seorang ibu, aku tidak bisa tinggal diam melihat engkau akan tumbuh besar dengan hanya memiliki satu mata. Jadi kuberikan salah satu mataku untukmu.

Aku sangat bangga akan dirimu yang telah dapat melihat sebuah dunia yang baru untukku, di tempatku, dengan mata tersebut. Aku tidak pernah merasa marah dengan apa yang kau pernah kau lakukan. Beberapa kali engkau memarahiku.

Aku berkata pada diriku,
"Ini karena ia mencintaiku!"

Teman-temanku,
Pesan (di atas) ini sungguh memiliki sebuah arti yang sangat mendalam dan dikirim untuk mengingatkan banyak orang bahwa kebaikan yang telah mereka nikmati selama ini adalah berkat seseorang, entah secara langsung maupun tidak langsung.
Renungkan sesaat dan lihatlah dirimu!.

Berterima kasihlah akan apa yang kamu miliki saat ini dibandingkan dengan jutaan orang yang tidak memiliki kehidupan seperti yang engkau peroleh saat ini!

'Bawalah (selalu) ibumu dalam doa di mana saja engkau berada!'

Hadiah

Bayangkan ada sebuah bank yang memberi anda pinjaman uang sejumlah Rp 86.400,- setiap paginya. semua uang itu harus anda gunakan. Pada malam hari, bank akan menghapus sisa uang yang tidak anda gunakan selama sehari. Coba tebak, apa yang akan anda lakukan? Tentu saja, menghabiskan semua uang pinjaman itu.

Setiap dari kita memiliki bank semacam itu; bernama WAKTU. Setiap pagi, ia akan memberi anda 86.400 detik. Pada malam harinya ia akan menghapus sisa waktu yang tidak anda gunakan untuk tujuan baik. Karena ia tidak memberikan sisa waktunya pada anda. Ia juga tidak memberikan waktu tambahan. Setiap hari ia akan membuka satu rekening baru untuk anda. Setiap malam ia akan menghanguskan yang tersisa. Jika anda tidak menggunakannya maka kerugian akan menimpa anda. Anda tidak bisa menariknya kembali. Juga, anda tidak bisa meminta "uang muka" untuk keesokan hari. Anda harus hidup di dalam simpanan hari ini. Maka dari itu, investasikanlah untuk kesehatan, kebahagiaan dan kesuksesan anda.

Jam terus berdetak. Gunakan waktu anda sebaik-baiknya.

Agar tahu pentingnya waktu SETAHUN, tanyakan pada murid yang gagal kelas.
Agar tahu pentingnya waktu SEBULAN, tanyakan pada ibu yang melahirkan bayi prematur.
Agar tahu pentingnya waktu SEMINGGU, tanyakan pada editor majalah mingguan.
Agar tahu pentingnya waktu SEJAM, tanyakan pada kekasih yang menunggu untuk bertemu.
Agar tahu pentingnya waktu SEMENIT, tanyakan pada orang yang ketinggalan pesawat terbang.
Agar tahu pentingnya waktu SEDETIK, tanyakan pada orang yang baru saja terhindar dari kecelakaan.
Agar tahu pentingnya waktu SEMILIDETIK, tanyakan pada peraih medali perak Olimpiade.

Hargailah setiap waktu yang anda miliki. Dan ingatlah waktu tidaklah menunggu siapa-siapa.

Membeli Suami

Sebuah toko yang menjual suami baru saja dibuka di kota New York di mana wanita dapat memilih suami dengan leluasa sesuai selera dan keinginannya. Di antara instruksi-instruksi yang ada di pintu masuk terdapat instruksi yang menunjukkan bagaimana aturan main untuk masuk toko tersebut, yaitu :

“Kamu hanya dapat mengunjungi toko ini SATU KALI“

Toko tersebut terdiri dari 6 lantai dimana setiap lantai akan menunjukkan sebuah calon kelompok suami. Semakin tinggi lantainya, semakin tinggi pula nilai lelaki tersebut. Kamu dapat memilih lelaki di lantai tertentu atau lebih memilih ke lantai berikutnya tetapi dengan syarat tidak bisa turun ke lantai sebelumnya, kecuali untuk keluar dari toko.

Di setiap lantai tertera spesifikasi/kriteria dari para calon suami tersebut.

Seorang wanita pun pergi ke “toko suami” tersebut untuk mencari suami. Ia mulai mencoba mencari dari lantai satu yg tiap lantai terdapat tulisan sbb :

Lantai 1 : Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan dan taat pada Tuhan.

Wanita itu tersenyum, kemudian dia naik ke lantai selanjutnya.

Lantai 2 : Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, dan senang anak kecil.

Kembali wanita itu naik ke lantai selanjutnya.

Lantai 3 : Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil, dan cakep banget.

” Wow”, tetapi pikirannya masih penasaran, dan terus naik. Sampailah wanita itu di lantai 4.

Lantai 4 : Lelaki di lantai ini yang memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil, cakep banget, dan suka membantu pekerjaan rumah.

”Ya ampun !” Dia berseru, ”Aku hampir tak percaya.” Dan dia tetap melanjutkan ke lantai 5.

Lantai 5 : Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil, cakep banget, suka membantu pekerjaan rumah, dan memiliki rasa romantis. Walaupun dia tergoda untuk berhenti tapi kemudian dia melangkah kembali ke lantai 6. Dan membaca kriteria calon suami di lantai 6 ini :

Lantai 6 : Anda adalah pengunjung yang ke 4.363.012. Tidak Ada lelaki di lantai ini. Lantai ini hanya semata-Mata bukti untuk wanita yang tidak pernah puas. Terima kasih telah berbelanja di “Toko Suami”. Hati-hati ketika keluar toko. Dan semoga hari yang indah buat anda.

Kisah Pohon Apel

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih.

“Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu.

“Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu.

“Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”

Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang……… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.”

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang.

“Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel.

“Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu.

“Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?” “Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.

“Ayo bermain-main lagi deganku,” kata pohon apel. “Aku sedih,” kata anak lelaki itu. “Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?”

“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.” Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. “Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.” “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu,” jawab anak lelaki itu.

“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon apel. “Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu. “Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata. “Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki. “Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.” “Oooh, bagus sekali.

Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.” Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.
 
Copyright © Cerita Kontemplasi - Blogger Theme by BloggerThemes & freecsstemplates - Sponsored by Internet Entrepreneur